BENDERRAnews, 27/7/18 (Manado): Jajaran Kodam XIII/Merdeka menggelar tradisi satuan untuk menyambut Pangdam XIII/Merdeka Mayjen Tiopan Aritonang, di Manado.
Simulasinya menunjukkan, saat tiba di Makodam XIII/ Merdeka, Pangdam Mayjen Tiopan Aritonang didampingi Ketua Persit Daerah XIII/Merdeka Linda Tiopan Aritonang disambut Kasdam Brigjen Fajar Setyawan.
Pada saat itu, Pangdam melewati ‘tradisi pedang pora’, kemudian menyalami pejabat utama Kodam XIII/Merdeka dan pangurus Persit Daerah XIII.
Sepanjang jalan memasuki gedung utama Makodam, disambut para prajurit yang berjejer di sebelah kanan dan kiri.
Makna ‘Merdeka’ Kodam XIII
Sekedar informasi tambahan dari redaksi, kata ‘Merdeka’ sebagai nama Komando Daerah Militer (Kodam) XIII, sesungguhnya terkait erat dan bisa dibilang diambil dari spirit Peristiwa Heroik Perjuangan Pengibaran Bendera Merah Putih 14 Februari 1946 di Sulawesi Utara, yang menandai pengakuan serta menyatunya Rakyat Sulut dengan Negara Proklamasi Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, yang ‘Merdeka’ serta berdaulat, di bawah kepemimpinan Bung Karno dan Bung Hatta.
Perjuangan “Merah Putih’ 14 Februari 1946 memperjuangkan Negara ‘Merdeka’, merupakan pertamakali terjadi di luar Tanah Jawa pasca Bung Karno memproklamasikan Kemerdekaan RI.
“Perjuangan di Manado, Minahasa dan sekitarnya ini dipelopori sejumlah tokoh utama di bidang Sipil, seperti BW Lapian dkk, lalu di sektor militer Ch Ch Taulu dan SD Wuisan dkk. Khusus pasukan militer (sebagian eks Tentara KNIL Belanda yang pro Merah Putih, Red) dilakukan dengan ‘kudeta bersenjata’ tanpa korban darah di Tangsi Militer Belanda, Teling, 14 Februari 1946 dinihari,” demikian rilis dari DPP Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Februari 1946 (GPPMP) di Jakarta, Jumat (27/7/18).
DPP GPPMP menilai, berdasarkan fakta sejarah, “…jika saja tidak ada perjuangan kemerdekaan di Sulawesi Utara, bisa saja kemungkinan besar teritori Republik Indonesia hanya di Tanah Jawa, karena di luar itu diklaim masih milik Kolonial Belanda. Tegasnya, Peristiwa Bendera Merah Putih dengan disemangati kata ‘Merdeka’ di Sulut, merupakan cikal bakal teritori NKRI seluas seperti sekarang, karena tak sedikit para pejuang Minahasa yang kemudian mengorbankan semangat ‘Merdeka’ dan disebar menulari ke-seantero Kawasan Timur Indonesia, termasuk dilakukan para ‘Penginjil’, ‘Pendeta’, ‘Guru’, bahkan ‘soldado’/’tantara’ (di Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Maluku hingga Bali dan Nusa Tenggara), serta eksodus ‘kaum intelektual’ sekaliber Arnold Mononutu ke Makassar, generasi muda sekelas Wolter Mongisidi bertarung di Sulawesi Selatan, hingga Dr GSSY ‘Sam’ Ratulangi menyebar spirit ‘Merdeka’ di Serui, Tanah Papua (—–yang kemudian berimbas pada ditunjuknya gubernur-gubernur pertama asal Minahasa/Manado di Sulawesi Tenggara, NTB, Kalteng, Sulsel dll)….”
….”Bahkan di Konferensi Meja Bundar (KMB) pun, delegasi Indonesia terdiri atas beberapa kelompok pejuang yang sangat ditakuti dan disegani Belanda, termasuk “Barisan Merah Putih Minahasa” (pimpinan Arnold Mononutu), kendati juga ada kelompok “Minahasa Pro Kolonial” (Kelompok ‘De Twapro’, menganggap Tanah Minahasa merupakan provinsi ke-12 Negeri Belanda, Red). Dan asal tahu saja, KMB yang nyaris deadlock, karena perseteruan dua kelompok ini, kemudian menjurus pada solusi bersama. Dua kelompok ini akhirnya sepakat (melalui dialog penuh rasa hormat dan beradab), bahwa kita harus ‘Merdeka’ dan berdaulat sekarang. Lalu KMB pun dilanjutkan, dan tuntas, serta terjadilah penyerahan kedaulatan Belanda kepada Republik Indonesia atas teritori dari Papua hingga Aceh….” (dikutip dari narasi Profil GPPMP, oleh Jeffrey Rawis dan Teddy Matheos, 2018).
Pataka Jaya Sakti
Kembali ke kegiatan di Kodam XIII/Merdeka. Saat berada di gedung utama Makodam, Pangdam Mayjen Tiopan Aritonang mengisi dan menandatangani buku rapor korps dan melakukan tradisi mencium Pataka Kodam XIII/ Merdeka “Jaya Sakti”.
Selanjutnya Pangdam didampingi Kasdam melakukan pertemuan yang dihadiri Danrem 131/Santiago Brigjen Joseph Giri dan para pejabat utama Kodam, di ruang Yudha.
Kapendam XIII/Merdeka Kolonel Andi Suryadarman mengatakan serah terima jabatan Pangdam XIII/Merdeka dari Mayjen Madsuni kepada Mayjen Tiopan Aritonang telah dilaksanakan di Jakarta pada Senin (25/7/18) lalu.
“Pada Jumat (27/7/18) dilaksanakan penyerahan satuan Kodam XIII Merdeka dari Mayjen Madsuni kepada Mayjen Tiopan Aritonang,” kata Kol Andi Suryadarman seperti diberitakan ANTARAgorontalo. (B-AN/jr)



