12.2 C
New York
Wednesday, October 29, 2025

Buy now

spot_img

Camkan !!! Rakyat Papua butuh pendekatan terpadu, Pemerintah harus gunakan prinsip memenangkan hati dan pikiran masyarakat

BENDERRAnews, 7/12/18  (Jakarta): Mengelola kehidupan kemasyarakatan di Tanah Papua benar-benar butuh pola sangat khusus. Modelnya harus berbeda dengan apa yang dilakukan di daerah lainnya.

Demikian pandangan yang dirangkum dari pernyataan Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD) Letjen TNI Pur Kiki Syahnakri dan kompilasi dari tiga buku edisi khusus Lembaga Studi JR Pro, Yayayan Malesung serta Institut Studi Nusantara.

Kiki Syahnakri mengatakan, permasalahan kekerasan yang terus terjadi di Papua membutuhkan penanganan secara terpadu oleh semua pihak. Pemerintah harus menggunakan prinsip memenangkan hati dan pikiran masyarakat Papua.

“Mengingat akar masalahnya adalah keadilan sosial, maka kami mendorong pemerintah untuk menangani masalah Papua secara terpadu. Itu dilakukan oleh semua pemangku kepentingan. Filosoti yang secara prinsip harus dipegang adalah memenangkan hati dan pikiran warga Papua,” kata Kiki di Jakarta, Jumat (7/12/18).

Disebutnya, saat ini yang perlu menjadi perhatian bersama ialah kehadiran Organisasi Papua Merdeka (OPM), dimana sekarang sudah menjadi United Liberation Movement for West Papua (ULMFWP).

Semula, masalah di Papua dilatari oleh persoalan keadilan sosial yang belum baik.

Kondisi itu kemudian bergulir tidak terkendalikan oleh pemerintah pusat, sehingga kini sudah sampai pada kompleksitas masalah yang rumit. “Kondisi di Papua sudah menjadi isu internasional, terutama dengan kehadiran dan aksi-aksi gerombolan separatis bersenjata, serta campur tangan pihak asing,” kata Kiki, seperti dilansir BeritaSatu.com’.

Memenangkan hati dan martabat keyakinan

Sementara itu, dari kompilasi tiga buku, terungkap, Orang Papua butuh “pendekatan dengan hati” yang *menegakkan martabat budaya dan kehidupan berkeyakinan mereka*.

Persoalan ini kini semakin jadi alasan kuat mereka ‘menolak’ kedatangan komunitas yang disebut mereka “kaum rambut lurus”. Pendatang, terutama tentara dan juga polisi terus dicurigai membawa kepentingan budaya beda, yang benar-benar menyakiti hati para ‘Mama Papua’ (=dalam arti luas, yakni orang tua dan tanah/hutan sumber kehidupan mereka, Red).

Tiga buku dimaksud, yang mengupas cukup mendalam tentang citra dan cara pandang Orang Papua (pesisir, gunung, lembah, pedalaman) itu, ialah 1/ “Setitik Cahaya dari Timur”; 2/ “Boven Digoel: Legenda, Kharisma dan Pilar Nudantara di Tapal Batas”; 3/ “Suku Wambon: Mitos dsn Prosesi Merajut Masa Depan”. Ketiganya merupakan hasil studi Jeffrey Rawis dkk (termasuk dua mantan aktivis kampus, Kenly Poluan/GMKI dan Donny Lumingas/GMNI) bersama beberapa mitra Papua mereka di Jayapura, Biak, Merauke, dan Boven Digoel).

Buku-buku tersebut, seperti ditulis di atas, merupakan edisi khusus Lembaga Studi JR Pro, Yayayan Malesung serta Institut Studi Nusantara, antara 2009-2012, yang juga mengungkap “konektivitas Orang Papua dengan sesama bangsa Melaneisia di Pasifik Selatan, juga dengan jejaring mereka di Amerika serta negara tertentu, kedekatannya dengan beberapa bangsa sesama NKRI utamanya Orang Minahasa/Manado, serta sikap hakiki terhadap birokrasi juga aparat keamanan RI yang dinilai gemar menebar benih budaya berbeda”. (B-BS/jr)

Related Articles

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles