BENDERRAnews, 28/12/18 (Jakarta): Berbagai terobosan terus dilakukan untuk menata kehidupan bermasyarakat yang lebih beradab, saling cinta serta bisa menata pertumbuhan manusianya seimbang dengan lingkungan ciptaan Sang Khalik.
Terkait itu, Forum Antar Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (Fapsedu) kini mengembangkan Kampung KB ‘biasa’ menjadi lebih bermakna. Yakni, menjadi Kampung KB perspektif keagamaan.
Demikian dikemukakan Sekjen Fapsedu, Freddy Aritonang pada acara Desiminasi Program Kegiatan Fapsedu 2018 di Hotel Santika, Jakarta, Kamis (26/1/18) kemarin.
Dalam perhelatan ini, perwakilan umat Kristen Protestan maupun Katolik yang masih banyak aktivitas terkait perayaan Natal, diwakili oleh Alexander, tokoh Kristen Katolik, dan Freddy Aritonang (Kristen Protestan), meskipun tidak mewakili organisasi resmi (PGI dan KWI, Red). Pasalnya, ketokohan keduanya direpresentasikan dalam kepengurusan di Fapsedu.
Sementara para tokoh lintas agama lain yang hadir, ialah, Nyoman Udayana (Parisada Hindu Dharma), Sudjito (Walubi) dan Djaengrana Ongawijaya (Konghucu).
Mereka sepakat melahirkan gagasan ‘Kampung KB baru’ ini pada tanggal 26 Desember 2018, bertepatan dengan Hari Raya Galungan bagi umat Hindu.
“Kami sementara ini telah memilih dua kabupaten yang desanya memenuhi syarakat untuk didirikan Kampung KB, yakni di Bandung Barat, Jawa Barat, dan Tangerang Selatan, Banten. Kami akan bekerjsama dengan BKKBN,” tutur Freddy.
Ubah kekuatan otot
Sementara itu, Direktur Bina Hubungan Kelembagaan dan Kamitraan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Ary Goedadi, dalam kesempatan ini menyambut baik ide Fapsedu tersebut.
“Menyongsong masa depan bangsa, kita harus segera mengubah ‘kekuatan otot’ menjadi ‘kekuatan otak’, agar bangsa Indonesia benar-benar mampu bersaing dengan bangsa-bsnaga maju di dunia. Kalau semula kita bersaing diantara anggota ASEAN, kini sudah waktunya kita bersaing dengan bangsa-bangsa Asia, dan kemudian bersaing secara global degan bangsa-bangsa di seluruh dunia,” paparnya.
“Kalau kita masih mengandalkan otot, dan bukannya otak; wah … berat… kita akan tetap terbelakang,” tambahnya.
Dikatakannya juga, peran para tokoh agama sangat penting dalam mengajak seluruh komponen masyarakat untuk maju dan berkembang. “Kita boleh menjadi bangsa maju, namun tetap berlandaskan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,” demikian Ary Goedadi, sebagaimana dilaporkan jurnalis Heru Soebroto. (B-her/jr)



