7.4 C
New York
Tuesday, October 28, 2025

Buy now

spot_img

Wuauw !!! Demokrat merasa jadi korban politik identitas BPN Prabowo-Sandi, hasil Pileg mengecewakan

BENDERRAnews, 24/4/19 (Jakarta):  Partai Demokrat merasa pihaknya menjadi korban politik identitas yang dimainkan Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Demikian dinyatakan Wakil Sekjen Partai Demokrat, Andi Arief.

Dia mengklaim, banyak suara dari pemilih nonmuslim di sejumlah provinsi lari ke partai lain.

Merujuk dari hasil quick count sejumlah lembaga survei, perolehan suara Demokrat secara nasional berkisar di angka delapan persen. Padahal, Demokrat memasang target perolehan suara sekitar 11 persen.

“Partai Demokrat merasa menjadi korban politik identitas. Suara nonmuslim di Papua, Bali, Sumatra Utara, dan NTT migrasi,” tutur Andi kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Kamis (18/4/19) lalu.

Sebelumnya di Surabaya, Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai DemokratAgus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyinggung soal fenomena polarisasi masyarakat yang makin terasa jelang Pemilu 17 April, karena ulah sejumlah pihak yang menggunakan narasi politik identitas. 

Hal itu disampaikan putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut, dalam Pidato Kebangsaan yang berjudul Indonesia untuk Semua, di DBL Arena, Surabaya, Sabtu (13/4/19), sebagaimana diberitakan CNN Indonesia.

AHY Singgung Politik Identitas Kian Keras Jelang Pencoblosan

Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono didampingi isterinya Annisa Pohan menyapa para pendukungnya usai pidato politik berjudul Indonesia untuk Semua di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (13/4/2019). (FOTO: ANTARA)

“Sikap saling tuding antar kelompok yang menggunakan narasi identitas seperti, antara pro kebinekaan dan pro Islam, pro NKRI dan pro khilafah, atau pro Pancasila dan anti Pancasila. Seolah kian merenggangkan hubungan kita sebagai sesama anak bangsa,” katanya.Penggunaan narasi-narasi yang bisa memicu polarisasi itu, menurut AHY, sudah terjadi sejak lama. Bahkan sejak Pilpres 2014 dan Pilkada DKI Jakarta 2017 lampau.
“Sebenarnya penggunaan narasi media semacam itu sudah terasa sejak Pilpres 2014, dan Pilkada DKU Jakarta 2017 yang lalu. Tetapi dalam kontestasi Pemilu 2019 ini penggunaan narasi identitas itu kita rasakan semakin keras,” ujarnya.
Buntutnya, demikian AHY, sikap saling curiga terus tercipta, sikap saling benci kian mengental, bahkan, menurut dia, hal itu sampai mengakibatkan kontak fisik antar para pendukung Capres di sejumlah daerah.

Titah SBY

AHY mengatakan, ayahnya yang juga Ketua Umum Partai Demokrat sudah memberikan titah kepada seluruh kader partai untuk senantiasa berkomitmen pada empat pedoman dasar. Yakni, menjaga NKRI, merawat kebinekaan, menegakkan keadilan, serat mengutamakan rakyat,

“Dalam suratnya, pak SBY menyampaikan pesan kepada kita, agar berjuang untuk Indonesia senantiasa menceminkan inclusivenesss atau melibatkan dan mengayomi seluruh komponen bangsa dengan sesama Indonesia untuk semua agar mencerminkan keberagaman, kemajemukan dan persatuan unity in diversity, Bhinneka Tunggal Ika, berbeda tapi tetap satu jua,” tandasnya

SBY, kata dia, juga telah mengingatkan, calon pemimpin yang cara berpikir dan tekadnya untuk menjadi pemimpin bagi semua, kalau terpilih kelak akan menjadi pemimpin yang kokoh.

Sebaliknya, jika pemimpin tersebut mengedepankan politik identitas, atau gemar menghadapkan identitas satu dengan yang lain, dan menarik garis pembeda yang tebal antara kawan dan lawan, maka hampir dipastikan itu adalah pemimpin rapuh.

“Kita semua berkeyakinan, baik Pak Prabowo Subianto dan Pak Joko Widodo bukanlah calon pemimpin yang berniat untuk membentur-benturkan identitas masyarakatnya sendiri. Kita sendiri semua yakin keduanya juga memiliki komitmen untuk senantiasa menjaga keutuhan bangsa,” katanya kagi.

Berdampak negatif

Sedangkan Andi menekankan soal siasat politik identitas yang dimainkan selama ini memberi dampak negatif kepada Demokrat.

 

“Bukan karena gabung Badsn Penenangan Nasional (BPN), tapi karena koalisi lebih banyak gunakan isu identitas,” tuturnya

Andi menilai, bukan hanya Demokrat yang harus menanggung dampak dari permainan politik identitas selama ini. Dis3butnya, Gerindra juga terkena dampak yang sama, sehingga tidak memperoleh suara yang memuaskan. Padahal, Gerindra mengusung Ketua Umumnya, yakni Prabowo Subianto sebagai calon presiden.

“Bukan hanya Demokrat yang jadi korban isu identitas, tetapi Gerindra juga enggak sadar kehilangan suara dari coat-tail effect,” tutur Andi.

Meski begitu, Andi mengatakan partainya tetap bersyukur dengan perolehan suara delaoan persen sejauh ini. Meski tidak memiliki Capres-Cawapres, tidak memainkan politik identitas, dan tidak menggunakan kekuasaan sebagai penekan serta logistik yang minim, Andi menilai angka itu sudah cukup memuaskan.

“Kami akan menatap masa depan,” tutur Andi, yang pernah terjerat kasus sabu ini.

Pihak BPN Prabowo-Sandi sendiri belum menanggapi pernyataan Andi.

Hasil quick count Litbang Kompas, dengan jumlah suara yang masuk mencapai 87 persen, menyatakan, Partai Demokrat meraih 8,03 persen suara atau berada di peringkat tujuh.

Hasil quick count Indo Barometer, dengan jumlah suara yang masuk mencapai 91,58 persen, menunjukkan Partai Demokrat ada di peringkat ketujuh dengan capaian 7,63 persen suara.

Senada, hasil quick count  LSI Denny JA menunjukkan Demokrat ada di rengking ketujuh dengan capaian suara 6,80 persen. (B-CNN/jr)

Related Articles

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles