BENDERRAnews, 3/5/19 (Jakarta): Jaringan media internasional yang kini beroperasi di Indonesia, CNBC ternyata tertarik melakukan riset khusus tentang kinerja PT Lippo Karawaci Tbk, Divisi Bisnis Properti dari Lippo Group.
Dilaporkan, pendapatan induk properti Lippo Group, yaitu PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) ini, pada medio kuartal I-2019, berbalik meningkat. Dan ternyata, ini didorong oleh positifnya kinerja divisi rumah sakit.
Kinerja pendapatan perusahaan pengembang terbesar di Indonesia itu pun berbalik membaik dari kinerja periode yang sama tahun lalu dimana masih melemah, melanjutkan tren penurunan kuartal I terjadi sejak 2017, selaras dengan melambannya pertumbuhan sektor properti nasional.
Lebih jauh dilaporkan, realisasi pendapatan sudah berbalik tersebut, memang belum mampu mengangkat kinerja laba berjalan atribusi induk kuartal I secara historis sejak 2016, karena kenaikan laba cukup besar tahun ini.
Pendapatan melonjak
Laporan keuangan emiten LPKR yang saat ini dipimpin John Riady tersebut menunjukkan pendapatan perseroan melonjak 12,1 persen menjadi Rp2,8 triliun pada kuartal I-2019 dari Rp 2,5 triliun di kuartal I-2018.
Peningkatan tersebut ditopang bisnis kesehatan perseroan melalui PT Siloam International Hospiltals Tbk (SILO) yang naik 18,2 persen menjadi Rp 1,71 triliun dari Rp1,44 triliun.
Bisnis lain perseroan yaitu development–property, malls dan lain-lain juga tumbuh masing-masing 4,8 persen serta 1,9 persen. Masing-masing menjadi Rp650 miliar dan Rp444 miliar.
‘Darah muda’ generasi ketiga
Dari analisis CNBC Indonesia, berbaliknya kinerja perseroan berhasil dilakukan bersamaan dengan momentum ditunjuknya ‘darah baru’ keluarga Riady generasi ketiga (cucu Founder Lippo Group, Mochtar Riady, putra James Riady, Red), yaitu John Riady sebagai CEO.
John sekaligus menjabat direktur perseroan dalam RUPS bulan lalu, meskipun posisi direktur utama masih dipegang Ketut Budi Wijaya (CEO sebelumnya).
Asal tahu saja, pendapatan perseroan belum pernah meningkat sejak 2017, bersamaan dengan laba bersihnya.
Berikut posisi keuangan LPKR berdasarkan studi TIM RISET CNBC INDONESIA:
| Pos Keuangan (miliar Rp) | 1Q 2019 | 1Q 2018 | 1Q 2017 | 1Q 2016 | 1Q 2015 |
| Pendapatan | 2,805.50 | 2,503.49 | 2,540.52 | 2,605.19 | 2,447.14 |
| Laba bersih berjalan atribusi induk | 50.01 | 132.80 | 142.70 | 308.70 | 417.40 |
| Aset | 53,832.20 | 57,637.73 | 46,050.79 | 42,033.10 | |
| Ekuitas | 30,099.01 | 29,925.15 | 22,864.08 | 19,489.93 | |
| ROA | 0.09% | 0.23% | 0.31% | 0.73% | |
| ROE | 0.17% | 0.44% | 0.62% | 1.58% |
Sumber: Lapkeu emiten, diolah
Sisi keuangan semakin kuat
Penurunan kinerja itu turut mempengaruhi rasio keuntungan terhadap aset (return on asset, ROA) dan keuntungan terhadap modal saham (return on equity, ROE). Sehingga semakin lama kian kecil, dimana profitabilitas investor yang sudah menggenggam sahamnya sejak 2016 juga sedikit menurutn.
Dengan nilai aset yang relatis sama atau sedikit lebih kecil, investor tentu berharap aset perusahaan sebesar itu mampu mencetak laba lebih besar rasionya.
Sebagai pembanding, ROA PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) tercatat 1,18 persen dan ROE 1,99 persen pada kuartal I-2019; PT Ciputra Development Tbk (CTRA) yang memiliki aset sedikit lebih kecil yaitu Rp34,44 triliun dan ekuitas Rp17,18 triliun mampu memiliki ROA 0,82 persen serta ROE 1,67 persen.
Meskipun demikian, sisi keuangan LPKR periode ini semakin kuat dibanding sebelumnya.
Sukses perkuat neraca keuangan
Selainitu, perbaikan ditunjukkan oleh bertambahnya kas perseroan dari pembelian lebih awal (advance subscription) rencana penawaran umum terbatas IV (rights issue IV) yang belum terlaksana serta tender offer obligasi yang sudah berlangsung.
Pembelian saham yang baru akan diterbitkan senilai US$280 juta (setara Rp3,98 triliun) dari total US$730 juta (setara Rp10,38 triliun) tersebut memang tidak umum di pasar saham.
Tender offer pelunasan obligasi lebih awal (early maturity, buyback) memang sudah berlangsung. meskipun tidak banyak investor efek surat utang perseroan yang bersedia melepas untuk pelunasan lebih awal, yaitu hanya US$8,67 juta dari target US$150 juta.
Namun, langkah berani perseroan dalam aksi advance subscription rights issue itu sukses memperkuat neraca keuangan, sehingga menurunkan risiko akibat tingginya utang.
Massih adanya utang LPKR menjadi perhatian investor, mengingat perseroan masih memiliki utang melalui beberapa obligasi global yang beredar. Demikian TIM RISET CNBC INDONESIA, sebsgaimana diberitakan CNBC Indonesia. (B-CNBC/jr)



