BENDERRAnews.com, 16/4/20 (Washington): Dengan tetap mengingatkan menjaga kewaspadaan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, AS telah melewati puncak wabah virus corona atau Covid-19 yang telah menjangkiti lebih dari 630.000 orang.
“Kita tetap harus waspada meskipun sudah jelas strategi agresif kami berhasil. Perang terus berlanjut, tetapi data menunjukkan bahwa negara kita telah melewati puncak penambahan kasus baru,” kata Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, Rabu (15/4/20).
Dia menambahkan, kasus-kasus baru di New York, negara bagian dengan kasus terbanyak, menunjukkan tanda-tanda berkurang. Sementara Denver dan Detroit datar. Baltimore dan Philadelphia juga menunjukkan tanda-tanda kesuksesan.
Malam nanti atau hari Kamis waktu setempat, Trump dijadwalkan membahas panduan membuka kembali aktivitas perekonomian di AS. Trump sebelumnya menargetkan 1 Mei sebagai tanggal dibukanya kembali sebagian pembatasan ekonomi dan sosial di AS.
Hingga hari ini, terdapat sekitar 632.000 kasus positif Covid-19 di AS dengan jumlah kematian melebihi 30.000 orang.
University of Washington, salah satu sumber informasi pemerintah, sebelumnya memperkirakan total kematian di AS bisa mencapai 68.800 pada bulan Agustus.
WHO telah gagal?
Itu sangat bergantung pada siapa yang Anda tanya. Jika Donald Trump yang ditanya, jawabannya sudah pasti “ya”.
Presiden Amerika Serikat itu sudah memutuskan akan menghentikan iuran ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di bawah PBB tersebut, karena dianggap salah manajemen sehingga menyebabkan banyak korban jiwa.

Itu sangat bergantung pada siapa yang Anda tanya. Jika Donald Trump yang ditanya, jawabannya sudah pasti “ya”.
Presiden Amerika Serikat itu sudah memutuskan akan menghentikan iuran ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di bawah PBB tersebut, karena dianggap salah manajemen sehingga menyebabkan banyak korban jiwa
Namun, Trump sendiri juga menghadapi gelombang kritik atas caranya menangani wabah virus corona di negaranya – di mana sekarang sudah terdapat lebih dari 600.000 kasus positif. Dan lebih dari 30.000 korban jiwa, tertinggi di dunia.
WHO banyak dikritik terutama karena terlalu cepat memuji respon Tiongkok dalam menangani wabah tersebut.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus sampai saat ini tetap membela sikapnya yang memuji Tiongkok.
Disebutnya, respon Tiongkok membantu memperlambat terjadinya wabah global dan memberi waktu bagi negara-negara lain untuk mempersiapkan diri.
Dia dan banyak ilmuwan lain juga menggarisbawahi kesediaan Tiongkok untuk secara suka rela membagi kode genetik virus tersebut dengan sangat cepat, sehingga negara lain bisa melakukan tes diagnosa dan mulai menggarap vaksinnya.
Namun, Tiongkok juga dikecam karena kurang transparan di awal wabah.
“Tiongkok tidak bagus dalam caranya memberi tahu dunia [di tahap awal wabah] dan jelas terjadi banyak penundaan ketika itu,” kata Devi Sridhar, profesor bidang kesehatan masyarakat global di University of Edinburgh, Skotlandia.
“Mereka meremehkan kasus ini di hari-hari pertama,” tambahnya.
Sebagai catatan, pada 24 Januari Trump juga memuji Tiongkok lewat cuitannya.
“Tiongkok telah bekerja sangat keras untuk membendung virus corona. Amerika Serikat sangat menghargai upaya dan transparansi mereka. Semua akan berjalan dengan lancar. Secara khusus, atas nama rakyat Amerika, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Xi!” tulis Trump ketika itu.
Wabah sebelum corona
Agar lebih adil, kita perlu melihat cara WHO menangani wabah-wabah sebelumnya.
Ketika terjadi wabah virus Ebola pada 2014, WHO dinilai terlalu lamban merespon, karena baru lima bulan berikutnya mengumumkan darurat internasional setelah kasus pertama terkonfirmasi di Guinea.
Namun, pada 2009, yang terjadi justru sebaliknya. WHO dinilai terlalu berlebihan dan terlalu cepat menyatakan flu babi H1N1 sebagai pandemik atau wabah global.
Pekan lalu, ketika pertama kali Presiden Trump melontarkan wacana menghentikan iuran ke WHO, Tedros menanggapi dengan seruan ke seluruh negara anggota agar tidak “mempolitisasi virus ini”.
Dia juga menyambut baik siapa saja yang ingin mengevaluasi kinerja WHO dalam menangani wabah virus corona. “Karena kami ingin belajar dari kesalahan yang kami buat, dari kekuatan yang kami miliki, dan kemudian melangkah ke depan. Namun, fokus utama WHO sekarang ialah tetap memerangi virus ini,” tegasnya.
AS merupakan pengiuran terbesar di WHO untuk ukuran per negara, tahun lalu sebesar US$400 juta. WHO juga menerima donasi dari berbagai pihak dan jumlahnya lebih besar dari pendapatan iuran anggota. Anggaran WHO sekitar US$2,2 miliar per tahun.
Dr Jeremy Farrar, direktur yayasan kesehatan Wellcome Trust di Inggris, mengatakan, WHO butuh tambahan sumbangan, bukan pemangkasan, untuk bisa mengatasi pandemik yang sekarang berlangsung.
“Kita sedang menghadapi tantangan terbesar sepanjang umur kita ini. Tidak ada organisasi lain yang bisa melakukan pekerjaan WHO,” kata Farrar.
“Sekarang waktunya solidaritas, bukan perpecahan.”
Profesor Sridhar, yang menyebut dirinya kritikus keras WHO, sepakat dengan Farrar dalam soal ini.
“Jika WHO dihalangi oleh masalah ini [penghentian iuran AS], kemampuannya menangani Covid, malaria, TB dan polio juga akan terhalangi. Kita nanti akan melihat lagi kebangkitan semua jenis penyakit tersebut, yang kita pikir sekarang sudah tinggal sejarah,” ujar Sridhar.
Siapa WHO?
Lembaga ini didirikan pada 1948, bernaung di bawah PBB dan menggambarkan dirinya sebagai “penjaga kesehatan masyarakat global” atau the global guardian of public health.
Tujuan WHO ialah meraih level kesehatan yang setinggi mungkin untuk semua orang.
Itu tugas yang sangat berat.
Dalam 11 tahun terakhir saja, sudah terjadi enam bencana kesehatan yang menimbulkan darurat internasional. Termasuk Ebola di wilayah barat Afrika, wabah virus Zika pada 2016, dan yang terjadi saat ini, Covid-19.
Peran penting WHO:
– Memutuskan kapan bisa membunyikan “alarm global” ketika terjadi wabah.
– Mendirikan pusat riset di berbagai wilayah dunia dan menyusun rencana pengembangan untuk bisa secara cepat menemukan metode perawatan dan vaksin baru.
– Mengirim para pakar ke episentrum penyakit demi mendapatkan data tentang cara penanganan yang efektif dan yang tidak.
Tanggung jawab WHO sangat besar dan mencakup masalah kesehatan yang sangat luas. Antara lain:
– Menangani masalah obesitas global dan epidemik penyakit diabetes.
– Mengurangi kematian di jalan raya.
– Membasmi penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin, seperti polio.
– Menekan tingkat kematian ibu dan bayi saat persalinan.
Namun, WHO merupakan lembaga yang sifatnya hanya pemberi saran. Dia bisa memberi rekomendasi ke 194 negara anggota tentang apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan rakyat mereka dan mencegah wabah penyakit. Tetapi, WHO tidak bisa memaksa rekomendasi itu dijalankan. Demikian BBC memberitakan seperti dilansir BeritaSatu.com. (B-BBC/BS/jr)



