11 C
New York
Tuesday, October 28, 2025

Buy now

spot_img

‘New normal’: IDI ingatkan tenaga medis cegah penularan silang dan beri acuan pengendalian berdasarkan protokol WHO

BENDERRAnews.com, 2/6/30 (Jakarta): Saa ini Indonesia bersiap menghadapi new normal atau kenormalam baru di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Aktivitas sosial dan ekonomi akan kembali normal, tetapi di saat bersamaan kemungkinan penyebaran virus makin besar apabila tidak semua orang menerapkan protokol kesehatan dalam kesehariannya.

Oleh karena itu, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta seluruh tenaga medis di Indonesia untuk menerapkan protokol kesehatan ketat guna mencegah terjadinya infeksi silang.

Ketua Umum PB IDI, Daeng Faqih mengatakan, hingga saat ini belum ditemukan obat yang secara spesifik membunuh virus SARS Cov-2 penyebab Covid-19. Demikian pula vaksinnya, para ahli masih terus masih mempelajari dan mengembangkannya. Oleh karena itu, tindakan yang paling bijaksana dan efektif saat ini ialah mencegah agar tidak terinfeksi atau tertular. Terutama bagi tenaga medis yang kontak erat dan dekat dengan pasien.

Infeksi silang, menurutnya, terjadi karena tenaga medis berisiko tinggi untuk tertular, terutama pada pasien non-Covid-19 yang mendapat pelayanan. Meski tidak tercatat, menurut laporan dari anggota IDI di berbagai daerah, pasien yang awalnya masuk ke rumah sakit tanpa Covid-19 pada akhirnya tertular. Di Tiongkok, empat persen dari seluruh kasus Covid-19 di awal pandemi ialah tenaga medis.

Di Indonesia, pada awal pandemi, banyak tenaga medis gugur karena tidak siap, misalnya karena alat pelindung diri (APD) kurang, APD dimodifikasi, kebiasaan praktik berubah, sehingga tertular dari pasien positif.

Pasien yang menularkan ke tenaga medis lebih banyak dari tanpa pasien tanpa gejala. Masih dari Tiongkok, infeksi nosokomial SARS Cov-2 pada pasien di intensive care unit (ICU) mencapai 41 persen.

“Sekarang sudah mulai berkurang infeksi, karena tenaga medis kita mulai sadar dan pencegahan infeksi sudah membaik. Tetapi kita jangan lengah, tetap waspada karena angka kesakitan dan kematian masih terus bertambah,” kata Daeng.

Ini cara kendalikan

Daeng meminta tenaga medis dan rumah sakit mengendalikan infeksi selama new normal, mengacu pada rekomendasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) dan WHO.

Pertama, kurangi risiko penularan di fasilitas kesehatan. Misalnya, tidak melakukan operasi elektif, membatasi pintu masuk, mengatur dan skrining pengunjung. Kecuali untuk kasus emergensi. Untuk pelayanan yang tidak memerlukan tatap muka langsung, disarankan menggunakan teknologi informasi.

Kedua, mengisolasi pasien bergejala secepatnya. Membuat triase terpisah yang berventilasi baik, memisahkan pasien yang diduga atau positif dengan pintu tertutup dan toilet sendiri. Hal ini sulit dilakukan rumah sakit pada awal pandemi, sehingga infeksi silang banyak terjadi.

Ketiga, melindungi tenaga kesehatan dengan higiene tangan dan APD. Kebersihan diri harus menjadi perhatian serius tenaga medis. Selain tangan, organ lain seperti hidung, tangan, dan mata juga dijaga karena ini adalah tempat masuknya virus.

Jangan modifikasi APD

Kemudian, untuk perlindungan pasien non-Covid-19 termasuk tenaga medis, ada hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Yang tidak boleh dilakukan, yaitu sedapat mungkin jangan mendaur ulang atau menyimpan APD sekali pakai.

APD yang didaur ulang atau dimodifikasi tidak 100 persen mencegah infeksi.

“Di lapangan kadang situasi memaksa tenaga kesehatan untuk memodifikasi. Misalnya dengan jas hujan, kantong plastik, baju operasi. Tetapi mudah-mudahan sekarang tidak lagi,” kata Daeng.

Kemudian, jangan menyentuh mata, hidung dan mulut. Jaga tangan selalu bersih. Organ ini menjadi pintu masuk virus ke dalam saluran napas. Tenaga medis juga diminta untuk tidak pindah ke pasien lain atau ruangan lain sebelum menjalani prosedur higiene tangan. Pindah tanpa melalui prosedur kesehatan terutama higiene bisa menyebabkan terjadinya penularan silang. CDC juga tidak menyarankan tenaga medis menggunakan bahan berbasis benzolkonium chloride.

Sedangkan hal yang boleh dilakukan tenaga medis, yaitu selalu pakai APD rasional dan memadai ketika bekerja. APD dipakai selama minimal enam jam, tanpa dibuka, ke kamar mandi, toilet, keluar ruangan, dan lain-lain. Disarankan menggunakan pampers.

Yang paling penting, menurut Daeng, APD tidak hanya memenuhi standar, tetapi cara pemakaiannya juga tepat baik itu saat memasang maupun membukanya. Penelitian menujukkan, ruangan APD justru adalah tempat paling berisiko terjadinya penularan silang pada tenaga medis. Kemudian tempat rapat atau pertemuan tenaga medis juga berisiko. Kamar mandi atau toilet tanpa disadari juga menjadi tempat berisiko terjadi penularan.

Lakukan higiene tangan dengan bahan berbasis etanol 60 persen atau isopranolol 70 persen. Untuk higiene tangan, hidung, mulut gunakan bahan berbasis antiseptik. (B-BS/jr)

Related Articles

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles