BENDERRAnews.com, 10/6/21 (Jakarta): Sebagaimana terjadi selang beberapa tahun terkini, di “Bulan Bung Karno” (Juni) 2021 ini, banyak kegiatan termasuk diskusi tentang Bung Karno yang lahir 6 Juni 1901, Hari Lahi Pancasila (1 Juni 1945) dan kisah-kisah sejarah spektakuler di balik dua hal itu.
Dan secara natural, selama ini yang banyak diketahui oleh rakyat Indonesia, Bung Karno identik dengan berbagai atribusi. Seperti Founding Father, Penggali Pancasila, Tokoh Revolusi, Putra Sang Fajar, Bapak Teater, Orator Ulung, Penyambung Lidah Rakyat, dan lain lain.
Padahal selain itu masih banyak lagi kepribadian Bung Karno yang tidak banyak diketahui orang, khususnya dalam sudut pandang Bung Karno dan kemampuannya berdiplomasi.
Hal ini diungkapkan oleh Sigit Aris Prasetyo, seorang diplomat dan penulis buku tentang Bung Karno pada Episode 9 ‘Talkshow & Musik Bung Karno Series’ yang digelar Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan (PDI-P), Rabu (9/6/210 kemarin.
“Soekarno merupakan seorang diplomat ulung kelas dunia dengan visinya yang begitu jauh ke depan. Dengan kemampuan diplomasi, penguasaan multibahasa (Inggris, Prancis, Jerman, Belanda) yang memukau, ditambah dengan model pendekatan humanis, ia mendobrak sekat-sekat perbedaan, menguntai tali persahabatan dan pertemanan dengan berbagai pemimpin dunia,” kata kandidat doktor hubungan internasional dari University of Auckland, Selandia Baru itu.
Dalam rangka mengilhami nilai-nilai perjuangan, Bung Karno sebagai Bapak Bangsa Indonesia banyak meninggalkan jejak terkait prestasinya dalam melakukan diplomasi dengan negara-negara sahabat di dunia. Hal ini terasa betul melalui beberapa legacy seperti pembangunan yang dilakukan di Indonesia atas hasil diplomasi Bung Karno.
Tiga kepribadian berdiplomasi
Sigit menjelaskan, setidaknya ada tiga hal kepribadian Bung Karno yang terekam dari bagaimana model presiden pertama kita melakukan diplomasi.
Pertama, kepribadian Bung Karno yang supel. Ini terekam ketika kita melihat foto-foto Bung Karno bersama para pemimpin dunia. Dari gestur tubuhnya, kita bisa memahami bagaimana cara dia menyapa, tersenyum, dan merangkul.
Kedua, Bung Karno sangat cerdas. Sejak kecil Bung Karno mempunya kebiasaan gemar membaca. Bacaannya tidak terbatas oleh pengetahuan-pengetahuan yang ada di Nusantara, tetapi juga tentang sejarah-sejarah dunia, sejarah bangsa-bangsa, tentang sejarah global. Jadi ketika bertemu dengan bangsa lain, Bung Karno langsung nyambung dengan bekal pengetahuan yang ia baca sejak kecil nyambung
Ketiga, Bung Karno mempunyai kemampuan berbahasa asing yang luar biasa. Salah seorang presiden yang mempunyai kepiawaian berbicara dengan banyak bahasa asing atau disebut sebagai poliglot. Bahkan sampai sekarang pun, belum ada lagi presiden secerdas Bung Karno yang mampu berbicara dengan banyak bahasa asing.
Rumus jalin pertemanan
Tiga hal itu menjadi rumus Sukarno dalam menjalin pertemanan dan melakukan diplomasi dengan berbagai pemimpin dunia yang ditemuinya.
“Beliau selalu menempatkan dirinya sebagai sahabat yang menyenangkan bagi siapa pun. Ia menyapa, berjabat tangan, merangkul, menampilkan keramahtamahan dan berempati,” kata penulis buku Bung Karno dan Revolusi Mental serta Dunia dalam Genggaman Bung Karno itu.
Sigit menegaskan, Bung Karno tak pernah pilih-pilih dalam berteman. Semua dirangkul, meski beda garis politik, ideologi, agama, dan perbedaan lainnya. Meski demikian, Bung Karno tetap menempatkan kepentingan rakyat dan bangsanya di atas segalanya.
Sigit juga menggarisbawahi, semua hasil dari diplomasi Bung Karno didedikasikan untuk kepentingan rakyat Indonesia.
“Gelora Bung Karno, Monas, Rumah Sakit Persahabatan, Pabrik Baja Cilegon, reaktor nuklir itu merupakan hasil diplomasi Bung Karno. Segala karya diplomasi Bung Karno itu dipersembahkan untuk memberi manfaat rakyatnya,” pungkas Sigit.
Program Talkshow & Musik BKNP PDI-P dengan tema besar “Bung Karno Series” hadir tiap hari pada Juni pukul 16.30 WIB, tayang selama satu bulan penuh, dan dapat diikuti melalui kanal Youtube: BKNP PDI Perjuangan, Instagram: BKNPusat dan Facebook: Badan Kebudayaan Nasional Pusat. (B-BS/jr)



