BENDERRAnews, 31/7/18 (Jakarta): Dari era 1980-an, bahkan jauh sebelum itu, tak sedikit seniman, budayawan, termasuk artis-artis top betul-betul mengidolakan Bung Karno.
Dan ternyata, ini berlanjut hingga kini.
Tersebutlah artis cantik Angel Karamoy memiliki alasan yang sederhana untuk maju sebagai bakal calon anggota legislatif (Caleg) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Artis dan model cantik itu ternyata “ngefans” (penggemar berat) Presiden pertama RI Ir Sukarno (Bung Karno) dan Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri (Bu Mega).
“Saya sangat kagum dengan sosok Bung Karno. Semua orang juga kagum, karena Bung Karno adalah Bapak Bangsa. Pokoknya, beliau sangat luar biasa,” ujar Angel yang menjadi bacaleg DPR dari Daerah Pemilihan Jawa Barat VI (Kota Bekasi dan Kota Depok).
Hal itu disampaikan Angel di sela-sela acara “Pembekalan Bacaleg Nusantara” di kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (30/7/18), awal pekan ini.
Alasan kedua, kata Angel, karena Ketua Umum DPP PDIP adalah seorang perempuan yang hebat. “Saya wanita dan saya bangga. Ada lho seorang wanita yang menjadi ketua umum. Bahkan, beliau (Megawati) adalah presiden RI kelima. Jadi, saya harus mengikuti jejaknya. Saya harus cari tahu mengapa dia bisa sukses. Bagaimana caranya,” ujar ibu dari dua anak itu.
Disebutnya lagi, PDI-P merupakan partai yang bukan hanya memberikan kesempatan luas kepada perempuan untuk berpolitik, tetapi juga sudah membuktikannya.
“Ibaratnya, kalau mau ke Cibubur, maka saya harus tanya dengan orang yang pernah ke sana,” ujar Angel menganalogikan kepemimpinan perempuan di PDI-P.
“Beliau (Megawati) itu pemimpin. Saya juga mau menjadi pemimpin, bagaimana caranya? Agar saya tahu, maka saya masuk PDI-P dan belajar,” jelas artis yang melambung lewat sinteron “Bidadari 3” itu.
Selain Bung Karno dan Megawati, kata Angel, alasannya bergabung dengan PDI-P juga karena partai nasionalis ini mengusung kembali Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden untuk periode kedua.
“Saya sangat setuju PDI-P mengusung kembali Pak Jokowi untuk menjadi Presiden. Dia Presiden yang merakyat,” ujar perempuan kelahiran Manado, 31 tahun silam itu.
Jika kelak berhasil lolos ke Senayan, Angel ingin masuk ke Komisi VIII DPR, bidang agama, sosial, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak. “Karena, saya sebagai seorang perempuan, seorang ibu. Saya peduli dengan anak, saya memiliki anak. Jadi, saya ingin duduk di komisi tentang perempuan dan anak,” ujarnya penuh semangat.
Idealisme Krisdayanti
Sementara itu, keputusan artis dan penyanyi Krisdayanti untuk terjun ke panggung politik ternyata dilatarbelakangi alasan ideologis yang kuat. Melalui Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), diva Indonesia itu ingin mewujudkan salah satu cita-cita Trisakti Bung Karno, yakni Indonesia yang berkepribadian di bidang budaya.

“Jadi, perpindahan saya sebenarnya tidak meninggalkan dunia keartisan. Saya bergerak dari dunia seni menjadi politik yang berkebudayaan. Karena, saya mendapatkan tugas dan amanah untuk menggelorakan rasa cinta akan budaya nasional,” kata Krisdayanti di sela-sela acara “Pembekalan Bacaleg Nusantara” di kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (30/7/18) kemarin.
“Supaya Indonesia siap menjadi negara yang berkebudayaan melalui perempuan kuat, Indonesia hebat,” kata bakal calon anggota legislatif (bacaleg) DPR untuk Daerah Pemilihan Jawa Timur V (Malang Raya) itu.
Latar keluarga nasionalis
Soal pilihan jatuh ke PDI-P, Krisdayanti mengatakan, hal itu karena latar belakang keluarganya yang nasionalis.
Menurut dia, kakeknya pernah duduk sebagai aggota legislatif dari partai nasionalis ini untuk wilayah Malang. “Juga dalam diri saya dan dorongan dari suami, yang walaupun dia orang asing. Tetapi, kami berdua itu pendukung PDI-P dari dulu,” ujar perempuan kelahiran Batu, Jawa Timur, 43 tahun silam itu
Jika lolos ke Senayan nanti, Krisdayanti tertarik untuk duduk di Komisi X, yang membidangi masalah pendidikan, kebudayaan, dan olahraga. Atau, dia juga ingin ada di Komisi VIII yang membidangi masalah agama, sosial, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak.
“Ya, kalau bicara tentang kebudayaan, tentu saya senang. Kalau bicara tentang bagaimana loyalitas kita untuk menggerakkan kaum wanita, rasa feminisme, senang juga ada di Komisi VIII. Tetapi, di mana pun tugas dari negara, saya harus siap,” ujar ibu dari empat anak ini.
Perempuan yang akrab disapa KD itu juga tidak takut kehilangan status “diva” jika nantinya terlalu bergelut di panggung politik. Apalagi, baginya label “diva” sulit hilang karena sudah menempel. “Di mana pun saya bernyanyi, kemana pun saya mungkin bisa dipanggil ibu legislatif atau ibu “diva”. Bisa saja nanti citra saya seperti itu,” ujarnya.
Pembekalan artis berkualitas
Dilaporkan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) terus membekali para bakal calon anggota legislatif (Caleg) artis yang diusung pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.
Partai nasionalis itu sadar, lewat tangan para artis yang berkualitas, Indonesia yang berkepribadian di bidang budaya, sebagai salah satu cita-cita Trisakti Bung Karno, bisa sama-sama diwujudkan.
“Bung Karno mengatakan, Indonesia berkepribadian dalam kebudayaan, yakni kebudayaan kita. Bukan kebudayaan Amerika Serikat, bukan kebudayaan Eropa, bukan India, Arab, atau Tiongkok. Tetapi, Indonesia sebagai taman sari kebudayaan-kebudayaan besar dunia yang dibumikan dalam kepribadian bangsa Indonesia,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI-P Hasto Kristiyanto dalam acara “Pembekalan Bacaleg Artis Nusantara” di kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (30/7/18).

Acara itu dihadiri belasan bakal Caleg artis dari PDI-P, di antaranya Rano Karno, Tina Toon, Andre Hehanusa, Harvey Malaiholo, Jeffrey Waworuntu, Angel Karamoy, Ian Kasela, Krisdayanti, Chica Koeswoyo, Sarry Koeswoyo, Lita Zen, dan Kirana Larasati.
Hasto mengatakan, kaderisasi PDI-P, termasuk kepada para Bacaleg artis, dilakukan untuk membangun watak kesadaran akan kebudayaan Indonesia. “Makanya, jalan kaderisasi akan membuka kesadaran bahwa kita menghormati dan mengekspresikan rasa cinta Tanah Air,” ujarnya.
Kepada para Bacaleg artis, Hasto bercerita tentang sejarah kaderisasi partai Pancasilais.
Dia mengatakan, kaderisasi baru bisa dilakukan PDI-P setelah Reformasi 1998, setelah sebelumnya selama 32 tahun rezim Orde Baru memecah belah partai itu.
“Maka, ketika Ibu Megawati bergabung dengan PDI pada 1986, pada 1987 ikut Pemilu, lalu terpilih sebagai anggota DPR. Beliau ke daerah-daerah dan berjuang agar ‘tenggorakan rakyat’ yang selama ini tersumbat bisa bersuara kembali,” kata Hasto yang disambut tepuk tangan para hadirin.
Bumbu Nusantara
Selain bicara tentang kaderisasi, Hasto juga membahas tentang bumbu-bumbu Nusantara yang menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia. Kekayaan cita rasa Nusantara itu pernah ditulis Bung Karno dalam buku dengan judul “Mustika Rasa” pada 1967.
“Buku itu membahas apa yang namanya garam, merica, kemudian daun pandan, cengkeh, jeruk purut, lada putih, kunyit, dan lada hitam. Itu bumbu-bumbu kita yang luar biasa. Tidak ada negara, di mana pun, sekaya kita dalam hal aneka cita rasa bumbu-bumbu. Bung Karno mengatakan, makanan Indonesia ini bercita rasa surga. Bayangkan,” ujar Hasto.
Kekayaan cita rasa Nusantara itu yang kemudian disajikan lewat makanan-makanan dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955. “Ada soto, bajigur, dan ubi kayu. Itu menu utama kita. Sekarang, kita meninggalkan itu. Jadi, nanti kalau kampanye, buatlah apotek hidup. Kita minum jamu, makan tauco, tempe, tahu, buntil, dan oncom,” kata Hasto disambut riuh para artis.
Jangan terjajah makanan impor
Hasto menjelaskan, ada pesan ideologis di balik upaya Bung Karno mempopulerkan bumbu Nusantara tersebut. “Dari lidah dan perut rakyat Indonesia tidak boleh terjajah oleh makanan impor,” ujar Hasto mengutip pesan Sang Proklamator, seperti dilansir ‘BeritaSatu.com’.
Dia melanjutkan, “Bung Karno itu kesukaannya sayur lodeh. Nah, ini kita populerkan kembali”.
Pada pembekalan selanjutnya akan dilakukan untuk kelompok purnawirawan TNI dan Polri, ilmuwan dan akademisi, dan kelompok tokoh-tokoh agama. Setelah seluruh persyaratan terpenuhi, selanjutnya akan diadakan Sekolah Partai. (B-BS/jr)



