10.9 C
New York
Tuesday, October 28, 2025

Buy now

spot_img

Kompetisi !!! Silvia Ervina, Mahasiswa Desain Interior UPH mempesona di gelaran “Asia Young Designer Summit” Singapura

BENDERRAnews, 1/4/19 (Singapura): Satu lagi mahasiswa Universitas Pelita Harapan mempersembahkan nama harum Indonesia di pentas internasional. Dialah Silvia Ervina, mahasiswa Desain Interior universitas swasta nasional kebanggaan Indonesia.

Sebagaimana laporan yang diterima dari Singapura, Silvia Ervina benar-benar mempesona gelaran “Asia Young Designer Summit” (AYDS) 2018/19, lewat persembahan sebuah karya hebatnya. Dan atasnya, dirinya menyabet sebuah gelar juara, dalam ajang “Asia Young Designer of The Year” tersebut.

Dilansir Investor Daily, kompetisi tahunan Arsitektur dan Desain Interior antar negara Asia tersebut berlangsung sukses  pada 20-23 Maret 2019 lalu di Singapura. AYDS merupakan kompetisi sekaligus ajang bertukar pikiran dan menjalin relasi serta mendapatkan pengalaman dari para ahli di industri Arsitektur dan Desain Interior.

Indonesia pada AYDS 2018/2019 untuk kategori Arsitektur diwakili oleh Daniel dari Universitas Kristen Petra. Sementara pada kategori Desain Interior, diwakili oleh Silvia Ervina dari Universitas Pelita Harapan (UPH).

Berkompetisi dengan 14 negara

Dilaporkan pula, kedua duta bangsa ini tampil berkompetisi dengan 14 negara lainnya untuk mendapatkan gelar ‘Asia Young Designer of The Year’ dan beasiswa “Summer School Program” di Harvard Graduate School of Design.

Pemilihan pemenang atas utusan yang mewakili Indonesia berdasarkan tema Asia Young Designer Award (AYDA) 2018/2019, yakni “Forward – Challenging Design Boundaries'”, dimana desain dirancang untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan progresif dengan tujuan menciptakan dampak positif pada lingkungan, masyarakat serta generasi masa depan.

Chief Executive Officer (CEO) Decorative Paints Nippon Paint Indonesia, Jon Tan pada malam penghargaan “Asia Young Designer Summit 2018/19” mengatakan, “Nurturing through Mentoring” merupakan konsep keseluruhan rangkaian pelaksanaan Asia Young Designer Award. Mulai dari kompetisi di masing-masing negara sampai di level Asia.

“Hal ini membuat siapa pun yang terlibat pada kompetisi ini dapat memperoleh banyak pengalaman bagi peserta kompetisi yang menang maupun yang tidak. Wadah pembelajaran ini diharapkan memberikan batu loncatan untuk karir mereka di masa depan,” kata Jon Tan dalam siaran pers yang diterima Investor Daily di Jakarta, Rabu (27/3/19) lalu.

Setiap tahunnya, menurutnya, wakil Indonesia terus menunjukkan karya hebat dan mendapatkan pujian dari para Juri.

“Ini terjadi, karena mereka mampu menunjukkan ciri khas Indonesia. Kami harap kompetisi ini dapat memotivasi mahasiswa Arsitektur dan Desain Interior di Indonesia untuk terus meningkatkan kemampuannya, sehingga mampu bersaing dengan koleganya dari negara-negara lainnya di Asia dan juga sebagai jembatan bagi para peserta untuk bersaing di tingkat global pada saat terjun ke dunia profesional nanti.” ungkap Jon Tan.

Pengalaman emosional sejarah

Wakil Indonesia untuk kategori Desain Interior, Silvia Ervina dari Universitas Pelita Harapan tampil dengan karyanya yang berjudul “Lawang Sewu”.

“Lawang Sewu merupakan bangunan dengan nilai sejarah tinggi yang sangat menarik. Tapi sebagian besar masyarakat hanya mengenalnya sebagai bangunan yang memiliki nilai horor. Padahal gedung itu pada awalnya merupakan museum kereta api,” ujar Silvia.

Dijelaskan, dia membuat desain Gedung Lawang Sewu agar membuat orang yang datang ke gedung itu mempunyai pengalaman emosional dengan sejarah gedung dan dapat memahami peristiwa sejarah yang ada di dalamnya.

Sementara Daniel dari Universitas Kristen Petra tampil pada kategori Arsitektur mewakili Indonesia dengan karyanya yang berjudul “Kampung Tumpuk Nelayan Kejawan Lor”, Surabaya.

Ketika ditanya mengapa memilih kampung Kenjeran sebagai karya arsitektur yang dibawa dalam kompetisi AYDA, Daniel menjelaskan jika pemukiman nelayan perlu dijaga keberadaannya di tengah-tengah perubahan zaman ini.

“Harus ada perubahan yang siginifikan. Perubahan desain dari pemukiman horizontal ke vertikal ini dibuat tanpa menghilangkan vernakularitas gaya hidup kampung nelayan. Kampung tumpuk nelayan ini dapat mengimbangi perkembangan kota dan tetap bertahan di masa depan,” paparnya.

Yang berat, menurutnya, ialah bagaimana memahami kehidupan di kampung nelayan. “Saya melakukan survei secara informal maupun formal, bahkan sampai meminta izin resmi untuk mengamati kebiasaan hidup di sana agar dapat memberikan solusi melalui desain yang saya buat.” tambah Daniel.

Bikin dunia lebih baik

Jon Tan selanjutnya menguraikan, tjuan utama Kompetisi AYDA tidak hanya untuk memenangkan Award, tetapi memiliki tujuan utama sebagai platform to nurture future designers.

“Kami percaya bahwa kita dapat membuat dunia menjadi lebih baik melalui inovasi desain dari para generasi muda dan melalui AYDA kami membuat komunitas yang memungkinkan hal itu terjadi,” katanya lagi.

Oleh karena, pihaknya akan berupaya melibatkan lebih banyak komunitas untuk terlibat pada kompetisi ini dan memberikan manfaat untuk perkembangan industri arsitektur dan desain interior Indonesia di masa depan.

“Diharapkan, ini semua memberikan dampak positif pada komunitas, masyarakat dan lingkungan, baik bersama pemerintah, praktisi maupun akademisi,” demikian Jon Tan. (B-ID/jr)

Related Articles

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles