BENDERRAnews, 19/3/18 (Jakarta): Sekitar pukul 06.30 WIB, Senin (19/3/18) pagi ini, Wakil Presiden, Jusuf Kalla, bertolak ke Manado untuk menghadri Peresmian Pembukaan Sidang Majelis Sinode Ke-79 dari Gereja Masehi Injili di Minahasa.
Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) merupakan gereja dengan jemaat terbesar di Indonesia Timur, atau ke-3 terbanyak di Indonesia.
Dalam kunjungan sehari itu, Kalla didampingi Nyonya Mufidah Kalla, lepas landas menuju Manado, Sulawesi Utara, dari Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada pukul 06.30 WIB menggunakan pesawat terbang kepresidenan BAe-RJ 85 bermesin empat.
Penerbangan ke Manado di perkirakan sekitar 2 jam 29 menit. Kalla direncanakan tiba di Pangkalan Udara TNI AU Sam Ratulangi, Manado, Provinsi Sulawesi Utara pukul 10. 40 WITA.
Lalu Kalla langsung menuju tempat acara pembukaan Sidang Majelis Sinode Ke-79 GMIM yang akan dimulai sekitar pukul 11.00 WITA. Di sana dia juga akan menyaksikan langsung donor darah oleh warga setempat.
Wakil Presiden, Jusuf Kalla, akan membuka acara Sidang Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) yang ke-79, di Grand Kawanua Convention Center, Manado, Senin.
Kalla beserta Nyonya Mufidah Kalla dan rombongan berangkat dari Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma.
Setibanya di sana, Kalla dan rombongan akan disambut Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey, untuk kemudian menuju tempat acara dengan disambut oleh Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo.
Usai membuka Sidang Majelis Sinode GMIM, Kalla dan rombongan dijadwalkan meninjau gerai unit donor darah PMI Sulawesi Utara. Kalla masih memimpin Palang Merah Indonesia.
Sidang Majelis Sinode GMIM dilaksanakan empat tahun sekali dengan agenda pemilihan Majelis Sinode, Badan Pekerja Majelis Sinode, Majelis Pertimbangan Sinode, serta Badan Pengawas Perbendaharaan Sinode.
“Kami terus mematangkan dan mempersiapkan segala sesuatu sehingga pelaksanaan acara ini bisa sukses dilaksanakan,” kata Dondokambey, di Manado, Minggu (18/3/18). Demikian ANTARA melansir.
Hindari intervensi
Sementara itu, sejumlah tokoh gereja berharap, agar seyigianta dihindari persentuhan terlalu dalam antara gereja (organisasi) dengan birokrasi pemerintahan.
Kehadiran sejumlah petinggi dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam eksekutif penyelenggaraan berbagai sidang, menjadi sorotan khusus para pendeta dan tokihbgereja tersebut yang tetap inginkan GMIM sebagai gereja injili independen dari intervensi penguasa (dan kaki tangannya).
“Dari beberapa ungkapan dan opini yang muncul, baik itu di media ‘mainstream’ setempat, berbagai media ‘online’, terlebih di media sosial (Medsos), jelas tergambar nuansa yang menghendaki, agar kewibawaan rohani GMIM terutama dalam menyuarakan sikap apostolik propetik Gereja TUHAN jangan tergerus oleh interes eksternal dengan memanfaatkan kehadiran fidik maupun spirit birokrasim” demikian rangkuman atas situasi yang berkembang tersebut. (B-AN/jr)
