Fokus !!! Mochtar Riady ungkap dua kunci pendidikan era revolusi 4.0: “Kecerdasan Buatan dan Maha Data”

BENDERRAnews, 23/1/19 (Jakarta): ‘Si manusia ide’, demikian julukan yang melekat pada Pendiri Kelompok Usaha Lippo, Mochtar Riady, ini. Sosok yang berusia 90 tahun ini masih terus menginspirasi banyak kalangan, termasuk ketika ia menyampaikan ada dua hal penting yang perlu menjadi pusat perhatian pendidikan tinggi dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0, yakni “Kecerdasan Buatan atau AI dan Maha Data (Big Data).

Ia mengemukakan itu, khusus kepada Kompas.com di sela-sela acara penyerahan Bantuan bagi Mahasiswa Berprestasi Lippo (BMBL) sebesar Rp1,5 milyar yang dilakukan secara simbolis Selasa (22/1/19), disaksikan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, di Gedung Dikti, Jakarta.

Sebelumnya, Presiden Lippo Group, Theo L Sambuaga memaparkan,BMBL ini diberikan kepada 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang diterima langsung oleh Rektor/Pimpinan PTN terkait.

Program Lippo Group berkontribusi pada dunia perguruan tinggi di Indonesia ini telah memasuki tahun ke-8. “Lippo Group kembali memberikan bantuan dana pendidikan sebagai bagian program tanggungjawab sosial perusahaan. Hingga kini telah ada sekitar belasan ribu mahasiswa dari Papua hingga Aceh menikmat guliran dana BMBL ini,” demikian Theo Sambuaga.
Peran AI dan big data

Mochtar secara khusus menyorot tujuan pendidikan. “Semua pendidikan tujuannya meningkatkan kapabilitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Nah, masuk dalam industri 4.0 ini, intinya adalah teknologi. Kalau kita (masih) bicara soal digital, hal itu sudah lewat,” ujar Mochtar Riady.

Faounder Lippo Group menegaskan, kini saatnya pendidikan tinggi memberikan perhatian khusus kepada artificial intelligence (AI) dan Big Data (Maha Data).

“AI meski merupakan bagian dari teknologi digital namun menggunakan teknologi tersebut untuk mengumpulkan semua data yang besar itu. Data ini menjadi sangat penting karena dapat dianalisa dan diolah berdasarkan apa yang menjadi karakter atau kebutuhan masyarakat saat ini,” jelas Mochtar Riady.

Ia menambahkan, big data ini kini menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam mengambil keputusan-keputusan krusial, termasuk dalam bisnis.

“Universitas Pelita Harapan (UPH) sendiri saat ini mulai memasukan AI dan Big Data sebagai bagian untuk mengembangkan service industries (industri layanan/service) dalam Lippo Group,” ujar Mochtar Riady.

Pergeseran pengelolaan PT

Hal senada juga disampaikan Menristekdikti Mohamad Nasir yang melihat kehadiran era revolusi industri 4.0 telah banyak merubah tatanan ekonomi di Indonesia.

“Termasuk membuat pergeseran cara pandang mengelola perguruan tinggi (PT). Kita tidak bisa lagi melakukan sesuatu seperti dulu. Perubahan dunia begitu cepat maka sistem pengajaran harus diubah,” ujar Menristek.

Menristek menyontohkan, dulu satu dosen mendampingi 20 mahasiswa untuk program eksakta dan 30 mahasiswa ilmu sosial. “Percepatan tidak dapat terjadi kalau kita masih menggunakan sistem ini”, kata Menristek.

Angka partisipasi pendidikan tinggi yang masih 34 persen dan luasnya kondisi geografis Indonesia, mendorong perlu pengembangan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk mempercepat akselerasi dan pemerataan pendidikan tinggi di Indonesia.

“Di samping itu, program studi yang diajarkan harus disesuaikan dengan kebutuhan industri 4.0. Program studi yang tidak menyesuaikan akan kehilangan fungsi,” tegas Kemenristek, seperti dilansir ‘Kompas.com’.

Selain itu, Kemenristek juga mendorong sinergi pendidikan tinggi dan dunia industri melalui kerjasama riset. “Singapura dan Tiongkok mengalami kebangkitan luar biasa karena riset pendidikan tinggi di scale upatau dikomersialisasi oleh dunia industri,” tandas Menristekdikti. (B-KC/jr)

Exit mobile version