BENDERRAnews, 8/4/19 (Jakarta): Sesungguhnya, pada tahun 2018 yang lalu, industri properti di Indonesia masih mengalami situasi kurang kondusif. Bahkan Kompas.com menukis, itu merupakan tahun yang penuh tantangan bagi sektor properti kita.
Namun, meski begitu, beberapa pengembang kelas kakap mencatatkan kenaikan pendapatan.
PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menempati posisi puncak dengan catatan pendapatan sebesar Rp12,5 triliun sepanjang tahun 2018. Pendapatan ini tumbuh 18 persen dibanding tahun sebelumnya senilai Rp10,52 triliun.
Pendapatan LPKR ditopang oleh pendapatan properti yang meningkat sebesar 33 persen secara tahunan menjadi Rp 4,6 triliun.
Kenaikan pendapatan ini juga dibarengi dengan kenaikan laba bersih LPKR dengan komposisi 13 persen menjadi Rp 695 miliar pada akhir 2018.
Nomor dua
Posisi kedua ditempati PT Ciputra Development Tbk (CTRA) yang berhasil membukukan pendapatan senilai Rp7,67 triliun pada 2018.
Mengutip laporan keuangan tahunan perseroan, sebagaimana dilansir KOMPAS.com, capaian pendapatan pengembang ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp6,44 triliun.
Sedangkan laba yang diperoleh sekitar Rp 1,18 triliun atau naik dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp894 miliar.
Peringkat tiga
PT Pakuwon Jati (PWON) menempati peringkat ketiga dengan pendapatan bersih Rp7,081 triliun pada 2018. Pendapatan ini naik 23 persen dari tahun sebelumnya.
Sementara laba komprehensif tercatat Rp2,85 triliun atau melonjak 42 persen dari tahun 2017 lalu sebesar Rp2,002 triliun.
“Kenaikan ini ditunjang pendapatan pusat perbelanjaan Pakuwon Mall tahap dua dan tiga serta Tunjangan Plaza Mall tahap 6 yang telah beroperasi secara penuh,” kata Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Pakuwon Jati Minarto Basuki, Senin (25/3/19).
Urutan empat
Ranking berikutnya ditempati PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Melansir Kontan, pendapatan BSDE turun dari Rp10,35 triliun menjadi Rp6,63 triliun pada 2018.
Penurunan juga terjadi pada segmen laba bersih dari Rp4,92 triliun pada 2017 menjadi Rp1,29 triliun.
Meski begitu, jumlah aset perseroan bertambah Rp6,15 triliun menjadi Rp52,10 triliun pada 2018. Kenaikan aset tersebut memperlihatkan BSDE memiliki kekuatan fundamental yang kokoh.
Hal ini juga didukung oleh posisi kas yang makin kuat di Rp8,14 triliun, meningkat signifikan dibandingkan dengan Rp 5,79 triliun pada tahun sebelumnya.
Posisi lima
Bisnis properti yang lesu ikut dirasakan oleh PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN).
Dilaporkan, mereka mencatatkan penurunan pendapatan usaha hingga 28,5 persen menjadi Rp5,03 triliun pada 2018 dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp7,04 triliun.
Sementara laba komprehensif turun 86,7 persen dari Rp1,87 triliun pada 2017 menjadi Rp248,2 miliar. (B-/KC/jr — Foto Ilustrasi Istimewa)
