BENDERRAnews.com, 2/7/21 (Kupang): Beberapa hari ini, ra ai menjadi perbincangan di media sosial tentangbpostingan BEM UI.
Banyaknpihak yang telah mengomentari postingan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI), terutama di kalangan aktivis mahasiswa sendiri.
Nah kali ini giliran BEM Universitas San Pedro Kupang yang memberikan respon atas sindiran kepada Kepala Negara tersebut oleh BEMMUI tersebut.
“Saya sebagai anak luar Pulau Jawa tepatnya berada di selatan Indonesia sangat senang dengan perkataan Presiden Joko Widodo yang mengatakan bahwa pembangunan hari ini tidak lagi Jawa sentris tapi sudah Indonesia sentris. Dan kami melihat Jokowi tidak hanya lips service (seperti ditudingbBEM UI, Red), tapi membuktikan kata-katanya dengan pembangunan nyata,” tegas Wakil Presiden Mahasiswa, Universitas San Pedro Kupang, Frengki Harim Ronaldo Ottu, Kamis (1/7/21) kemarin.
Tidak pas
Frengki mengatakan, kalau kita lihat postingan BEM UI yang langsung mengarah kepada Kepala Negara, rasanya tidak pas. “Sebagai agent of social control memang tugas wajib kita untuk mengawasi dan mengkritik kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Tapi tentu bukan personalnya langsung apalagi beliau seorang presiden,” katanya.
Disebut Frengki, apabila kebijakan atau peraturan yang diberikan pemerintah memberatkan dan merugikan masyarakat, tentu BEM harus bersuara serta memberikan solusi agar pemerintah melakukan apa yang menjadi aspirasi dari masyarakat.
Namun sebaliknya, apabila program pembangunan yang dilakukan pemerintah bermanfaat namun tidak ada dukungan dari masyarakat, sebagai kelompok intelektual, mahasiswa harus objektif dan bersuara agar masyarakat memahami tujuan dari pembangunan tersebut.
Dikemukakannya, masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang selama ini tertinggal dari daerah lainnya khususnya di Pulau Jawa, sangat merasakan pembangunan era Jokowi.
“Kami sebagai anak miskin di NTT sangat merasakan KIP di masa Jokowi. Kami sebagai masyarakat petani dimana NTT yang selama ini merasakan kekeringan dan disebut ‘sumber air sudah dekat’, pada masa pemerintahan Jokowi telah dibangun tujuh bendungan, dan semua akan rampung tahun 2024. Ini adalah pembuktian dari kata-kata Presiden Jokowi,” jelasnya.
Frengki meminta mahasiswa untuk objektif memberikan penilaian dan kritik atas pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Jokowi.
“Saya bukan pro atau kontra dengan Jokowi, tetapi saya bersama masyarakat dan Presiden Jokowi untuk mewujudkan Indonesia Maju. Kami meminta mahasiswa di Pulau Jawa bisa melihat pembangunan yang saat ini dilakukan Pemerintah Jokowi di luar Jawa. Bagi kami, Jokowi bukan The King Of Lip Service, tapi adalah Bapak Pembangunan Indonesia Sentris,” tegasnya.
Pengamat: Terlalu subyektif
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai The King of Lip Service. Komunikolog Emrus Sihombing menilai, pernyataan BEM UI tersebut sangat subjektif.
“Seharusnya rekan-rekan mahasiswa, bagian dari para akademisi idealnya tidak mengemukakan istilah atau pernyataan yang sifatnya masih sangat subjektif,” kata Emrus kepada BeritaSatu.com, Minggu (27/6/21).
Emrus menuturkan, sepanjang tidak bertentangan dengan UU, berbasis pada fakta, data, dan bukti sangat kuat, kebebasan berpendapat tidak bisa dilarang. Disebut Emrus, pernyataan BEM UI cenderung mengarah politik praktis. Sekalipun, kata Emrus, politik praktis belum tentu salah.
Emrus menyatakan, apabila ingin menganalisis kebijakan seorang presiden atau pejabat, seharusnya secara holistik atau tidak satu sisi. BEM UI, kata Emrus, hanya mengemukakan satu sisi semata. Keberhasilan Jokowi selama ini, lanjut Emrus, malah tidak disampaikan.
“Mestinya disajikan juga keberhasilan-keberhasilan Jokowi. Jadi, publik melihatnya secara utuh. Kita harus akui banyak keberhasilan Jokowi. Misalnya, BBM satu harga di Papua dengan daerah lain, terus pembangunan-pembangunan lainnya,” ujar Emrus.
Terima ‘undangan’
Diketahui, kritikan mahasiswa UI disampaikan melalui akun Twitter dan Instagram BEM UI. Sejumlah janji Jokowi menuai sorotan. UI telah melakukan pemanggilan terhadap BEM UI pada Minggu (27/6/21).
Surat undangan dari rektorat, tersebar di media sosial. Sebagaimana dilihat BeritaSatu.com, pertemuan diadakan pada pukul 15.00 WIB. Surat undangan tersebut ditanda tangan Direktur Kemahasiswaan UI, Tito Latif. Pemanggilan itu disebut bagian dari proses pembinaan kemahasiswaan yang ada di UI.
Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman telah melalui akun Twitternya, enggan merespons lebih jauh terkait kritikan BEM UI. Fadjroel Rachman hanya menyampaikan, aktivitas BEM UI, merupakan tanggung jawab pimpinan UI. (B-BS/jr)
